CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 12 Agustus 2009


Bro, ternyata setelah menanggalkan beberapa jabatan di tempat kerja membuat aku merasa tenang. Memang sih saat ini banyak banget kondisi berbeda yang harus aku hadapi. Tapi bener deh aku seneng banget hari ini.

Read More......

Sabtu, 01 Agustus 2009


Perjalanan panjang itu terbayar juga dalam waktu kurang dari 1 jam. Cemas, gelisah, pesimis semua bercampur menjadi satu menyelimuti seluruh ruang dalam perasaanku. Bahkan otakku ini terasa tidak dapat berpikir. Ehm, itulah kondisi pada saat waktu benar-benar mendesakku untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah, skripsi. Bukan waktu yang salah tapi aku. Saking sibuknya mengajar, sampai-sampai aku lupa mencari informasi pendaftaran ujian meja, padahal waktunya tinggal 1 minggu lagi. Di sisi lain, aku harus menjalankan kewajibanku mengajar di salah satu tempat bimbingan belajar. Tapi, semangatku tak gentar, mengingat janji yang telah terlanjur terpatri di hati dan terucap kepada kedua orangtua.

Read More......

Rabu, 06 Mei 2009




Sampai saat ini, aq belum mengerti kenapa teman yang selama ini telah kuanggap sahabat, yang selalu kucoba untuk menjaga kepercayaan diantara qmi, tega menjadikan aq sebagai kelinci percobaan hipnotis. Walaupun, kejadiannya sudah dua minggu yang lalu, sulit bagiku untuk mengikhlaskan apa yang telah menimpa persahabatan qmi. Yah, semenjak itu, penilaianq terhadapnya telah berubah. Memang tidak enak rasanya mengalami hal seperti ini, apa lagi kalo harus bertemu dengannya terus. Untuk selanjutnya, tidak tau bagaimana persahabatan ini akhirnya. Yang jelas, aq ingin sekali pergi dari tempat yang sama qmi berada. Memang, sikapq ini tidak dewasa, aq tau dan mengerti. Tapi sungguh, aq semakin jenuh dengan kondisi yang kualami sekarang. Aq ingin pergi jauh, jauh, keluar dari duniaq sekarang. Aq ingin suasana baru, ingin keluar dari runitinas yang telah dalam menekanku. Bisakah????????????

Read More......

Senin, 04 Mei 2009


Dengan memiliki tiga program studi, yaitu pendidikan dokter, pendidikan ners dan pendidikan dokter spesialis, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang telah lulus dapat menjalankan profesi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Misalnya saja, mahasiswa yang telah mengambil program pendidikan ners akan berprofesi sebagai perawat. Program pendidikan spesialis bertujuan untuk melahirkan dokter spesialis, yang akan menangani beberapa macam penyakit, seperti penyakit mata, T.H.T (telinga, hidung dan tenggorokan).
Menurut kurikulum pendidikan dokter, bahwa tujuan pendidikan dokter harus sesuai dengan tujuan pendidikan dokter Indonesia dengan memperhatikan situasi dan kondisi setempat serta tujuan, visi, dan misi universitas. Tujuan pendidikan dokter di Universitas Hasanuddin ialah mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar dan menyelesaikan kurikulum.
Sebagai Institusi yang akan menghasilkan tenaga dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FKUH) sadar bahwa ia harus selalu meningkatkan kualitasnya, demi melahirkan dokter-dokter yang berkompeten. Terlebih, memasuki abad 21 terjadi perubahan yang sangat mendasar akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Oleh karena itu, system pembelajaran yang tadinya menggunakan metode Problem Based Teaching diganti dengan Problem Based Learning sejak tahun 2002, agar mahasiswa lebih aktiv saat mengikuti masa perkuliahan.
Apa yang telah dilakukan FKUH memang telah memberikan hasil yang nyata. Oleh karenanya, untuk tahun 2010 FKUH secara optimis menetapkan sebuah visinya, yaitu menjadi satu dari lima fakultas terbaik Kedokteran di Indonesia, satu dari dua puluh terbaik Fakultas Kedokteran Asia, dan satu dari seratus Fakultas Kedokteran di dunia. Dengan visi tersebut, FKUH berusaha menerbangkan sayapnya ke dunia international, maka sejak tahun ajaran 2006/2007 telah dibuka kelas international, yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Dan ternyata langkah tersebut memberikan hasil yang memuaskan, dan merupakan bukti bahwa kualitas dan keberadaanya yang semakin diakui, bahkan di Indonesia Timur. Misalnya saja, Malaysia dan India, di mana beberapa warga negaranya percaya dan memilih FKUH sebagai tempat mencari sumber ilmu di dunia kesehatan. “Saat ini jumlah mahasiswa kelas international berjumlah 77 orang, 59 diantaranya berasal dari Malaysia dan India. “Ujar Riska, mahasiswa FKUH angkatan 08, salah satu alumni JIlC.
Seiring dengan namanya yang semakin berkibar karena kualitasnya yang bagus dalam melahirkan tenaga dokter, perebutan kursi di Fakultas Kedokteran Unhas tiap tahun, kian berat. Terutama, di jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNM-PTN). Tahun 2007, Unhas hanya menyediakan daya tampung 25 kursi. Pada UMB lalu, Unhas menyiapkan 80 kursi. Sedangkan peminat Kedokteran pada UMB lalu diperkirakan mencapai 4.000 lebih.
Banyaknya peminat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, juga bisa kita lihat pada beberapa bimbingan belajar, yang membuka program khusus Fakultas Kedokteran. Sebut saja JILC, hampir 80% mahasiswa baru di FKUH merupakan alumni dari bimbingan belajar tersebut. Sehingga sangat mudah, di Fakultas Kedokteran bertemu dengan alumni-alumni JILC. Salah satunya, Eko Iswanto dari SMK Farmasi merupakan alumni siswa JILC cabang BTP angkatan 2007/2008.
Menjadi seorang dokter memang keinginan Eko sejak kecil, oleh karenanya ia sangat bersungguh-sungguh berusaha meraihnya, salah satunya ikut bimbingan belajar. Dan menurutnya, “selain mengikuti bimbingan belajar, juga harus memasang strategi dalam memperebutkan kursi di fakultas yang kita cita-citakan. Misalnlya, rajin mengikuti midninght dan UKA, membandingkan kemampuan dengan peluang lulus, hari pertama harus di utamakan, setengah dari seluruh jumlah soal (150) harus benar semua. ujarnya”.
Nah, bagi adik-adik yang ingin lulus di fakultas harapannya, seperti fakultas kedokteran, strategi yang telah dipaparkan Kak Eko bisa kalian tiru. Namun apapun strategi yang telah kalian rencanakan, haruslah yakin dan optimis. Ingat pepatah bijak, kita adalah apa yang kita pikirkan. Dan jangan lupa, setiap langkah dan rencana harus diiringi doa!.


Lulus di fakultas yang sejak lama kita idolakan merupakan suatu hal yang sangat kita banggakan. Bisa dikatakan kita telah melangkah ke jembatan menuju masa depan. Namun, tidak banyak orang bisa meraihnya. Apalagi kini semakin banyak orang, yang mencoba keberuntungannya, di fakultas yang ternyata sama-sama kita pilih. Misalnya saja fakultas kedokteran UNHAS, sejak dulu hingga sekarang selalu menjadi fakultas yang sangat berat untuk diperebutkan oleh orang-orang yang ingin menjadi dokter. Di tiap tahunnya ada ribuan calon mahasiswa baru bersaing dengan ketat memperebutkan kursi di fakultas ini.
Fakultas Kedokteran memang selalu menjadi pilihan favorit di bagian ekxakta UNHAS. Namun, kebesaran nama Fakultas Kedokteran UNHAS bukan karena hanya itu, melainkan ditiap tahunnya telah lahir tenaga-tenaga ahli, yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan.
Fakultas ke-3, yang didirikan setelah fakultas ekonomi dan hukum di Universitas Hasanuddin ini, merupakan fakultas kedokteran pertama yang ada di Indonesia bagian timur. Tepatnya tanggal 28 Januari 1956, menjadi awal tonggak sejarah dunia kedokteran di Makassar, fakultas ini lahir dan diresmikan oleh Prof.Ir. R. Soewandi dengan nama “Fakultas Kedokteran Makassar”.
Namun, ketika Universitas Hasanuddin diresmikan oleh Wakil Presiden Universitas Hasanuddin pada tanggal 10 September 1956 terjadilah perubahan nama menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, seperti yang kita kenal sekarang. Perubahan ini terjadi dikarenakan syarat pendirian Universitas saat itu adalah minimal satu fakultas eksakta dan dua fakultas non eksakta. Sehingga Fakultas Kedokteran Makassar dimasukkan untuk menyertai Fakultas Hukum dan Ekonomi yang telah lebih dulu hadir.
Tidak serta merta Fakultas yang telah melahirkan beberapa nama besar seperti Farid Husain, Idrus Paturussi, ini besar seperti sekarang. Sebagai insititusi baru, tentu berbagai hal menjadi kendala dan harus melewati sebuah butiran kristal keringat dalam memanjalankan proses pendidikan. Salah satunya adalah belum memiliki dosen tetap untuk semua bidang ilmu. Untuk mengatasi hal tersebut, maka didatangkanlah dosen dari dalam maupun luar negeri, yang kemudian menjadi dosen tetap. Dari dalam negeri, misalnya dosen Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Padjajaran (UNPAD). Sedangkan dari luar negeri ada tenaga pengajar Belanda dan Jerman.
Kemudian pada tahun 1993, telah diresmikan Rumah Sakit Wahidin Sudirio Husodo dengan status Rumah Sakit A. Tujuannya untuk memudahkan proses pendidikan, terutama pendidikan klinik. Tapi, karena manfaatnya yang masih terbatas bagi mahasiswa, sehingga fakultas kedokteran menggunakan Clinical Skill Laboratory sebagai alat untuk mempelajari keterampilan klinik. Dimana mahasiswa akan mempelajari beberapa keterampilan yang dibutuhan untuk keefektifan penanganan pasien. Keterampilan ini mencakup keterampilan komunikasi, keterampilan interpersonal klinik dan keterampilan klinik seperti teknik pemeriksaan fisik.

Read More......

Minggu, 22 Februari 2009


Jepang dan Cina merupakan dua negara asia yang selalu disebut-sebut sebagai “Naga Asia”. Bagaimana tidak, setelah hancur dijatuhi bom atom oleh sekutu dalam perang dunia II, Jepang tampil dengan kekuatan yang luar biasa melalui perekomiannya. Begitu juga dengan Cina, melalui perekonomiannya negara yang baru saja merayakan 100 tahun paham komunisnya telah mampu melahirkan peradaban baru, yakni peradaban Cina. Bahkan, seringkali disebut bahwa peradaban Cina akan mampu menggeser peradaban yang sedang mendominasi dunia sekarang, yaitu peradaban AS yang berpaham liberal kapitalis.
Dunia berdecak kagum melihat kesuskesan kedua negara tersebut. Akan tetapi, kesuksesan tidak muncul tiba-tiba dan diperoleh dalam sekejap. Dibalik kesukesan setiap individu, organisasi maupun sebuah negara terdapat filosofi hidup yang dipegang erat-erat dalam meraihnya.
Segala kesenangan, kemewahan, dan kekayaan kedua negara tersebut diperoleh dengan usaha yang tidak kenal lelah, disiplin ketat dan kerja keras yang diwarisi secara turun menurun.
Bagi bangsa Jepang sendiri, melalukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh merupakan harga diri dan kehormatan bangsa yang harus dijaga. Hal itu menunjukkan semangat “BUSHIDO” orang Jepang yang diwarisi secara turun menurun dari kaum samurai di masa Jepang kuno. Sedangkan Cina, dalam kehidupan sehari-hari selalu memegang teguh dan menerapkan filosofi Yin Yang (keharmonisan) yang menekankan kebajikan, wisdom, harmoni dan hubungan antar sesama. Kedua filosofi itulah yang masing-masing selalu dipegang teguh dan membawa kesuksesan bagi kedua negara “Naga Asia” tersebut.
Bangsa Jepang lebih memilih mati dan bunuh diri daripada menanggung malu akibat kekalahan dan kegagalan. Zaman dahulu pahlawan Jepang yang dikenal dengan sebutan samurai akan melakukan harakiri atau bunuh diri dengan memasukkan pedang ke bagian perut jika kalah dalam pertarungan. Hal itu justru memperlihatkan usaha mereka menebus kembali harga diri yang hilang akibat kalah dalam pertarungan. Semangat samurai masih kuat tertanam dalam sanubari bangsa Jepang. Namun, saat ini harakiri tidak lagi dilakukan. Semangat dan disiplin samurai tersebut sekarang digunakan bangsa Jepang untuk membangun kembali ekonomi yang runtuh setelah pusat kota Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu dalam perang dunia II.
Biasanya, seseorang lebih suka memperkenalkan diri berdasarkan identitas negara atau keturunannya. Berbeda dengan bangsa Jepang yang lebih bangga memperkenalkan diri sebagai anggota organisasi atau perkumpulan tertentu. Mereka bangga dapat mencurahkan kesetiaannya dan menjadi hamba pada organisasi besar dan berpengaruh. Oleh karena itu, mereka selalu melakukan dan memberikan yang terbaik kepada organisasi tempat mereka bekerja.



Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa terproduktif di dunia. Mereka terkenal dengan sikap rajin dan pekerja keras. Seorang pekerja Jepang rata-rata dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan lima sampai enam orang. Oleh karena itu, pekerja Jepang digaji tinggi karena mereka dapat menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan lebih dari satu orang. Mereka bukan hanya mampu bekerja dalam waktu lama, melainkan juga mampu mencurahkan perhatian, jiwa dan komitmen mereka pada pekerjaan.
Bangsa Jepang tidak menganggap tempat kerja hanya sebagai tempat mencari makan, tetapi juga menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan kehidupannya. Bahkan kesetiaannya pada tempat kerja melebihi kesetiaannya kepada keluarga. Karakter dan budaya kerja keras tersebut tidak lahir dan terwujud begitu saja melainkan warisan semangat kaum samurai yang dipupuk dan dilatih selama berabad-abad. yang pada akhirnya membawa Jepang kepada keberhasilan ekonomi, industri dan perdagangan.
Begitulah usaha Jepang dalam meraih kesuksesan, pekerja keras tanpa mengenal waktu, tidak mengenal lelah dan putus asa. Berbeda dengan Cina yang memegang teguh filosofi Yin Yang. Di mana menurut Yin Yang, hidup butuh keseimbangan. Hidup bukanlah semata-mata mengenal tujuan akhir, melainkan suatu perjalanan untuk mencapai tujuan itu (life is a journey). Artinya, saat mengejar impian, harapan, tujuan atau cita-cita tidak boleh mengabaikan bagian hidup yang lain.
Lambang Yin Yang berbentuk lingkaran dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu warna hitam (Yin) dan warna putih (Yang). Di dalam warna putih masih terdapat lingkaran kecil yang berwarna hitam, dan sebaliknya, di dalam warna hitam terdapat lingkaran kecil yang berwarna putih. Tentunya, bentuk lambang Yin Yang seperti itu memiliki makna yaitu melambangkan keseimbangan, menggambarkan realitas dualisme, menggambarkan roda yang terus-menerus berutar tanpa henti, dan tidak ada kesempurnaan di dunia ini.
Konsep Yin Yang mengatakan bahwa satu hal bergantung atau menciptakan hal lainnya. Sama dengan apa yang tertulis dalam buku Tao The Ching, yang telah berumur 2500 tahun, menjelaskan bahwa kesuksesan sempurna bisa diraih dalam hidup ini bila telah melakukan hal-hal terbaik dari lahir hingga meninggal.
Jadi menurut filosofi Yin Yang, dalam meraih kesuksesan bangsa Cina tidak terlalu “ngotot” dan memfokuskan diri pada kesuksesan semata karena masih ada kesempatan untuk menikmati kesenangan atau pengalaman hidup yang dapat memberi kebahagiaan. Namun tidak berarti, bangsa Cina bukanlah pekerja keras. Hanya saja menurutnya, kita dalam bekerja tidak boleh keluar dari siapa diri kita sebenarnya. Bagi bangsa Cina, kerja keras memang perlu, namun yang lebih penting adalah keseimbangan antara tujuan dengan pengorbanan.

Read More......

Etika Bisnis dan Bisnis Beretika


Seorang pria bernama Morgan Spurlock mengadakan sebuah percobaan iseng. Ia adalah pria dewasa yang sehat, segar bugar, siklus hidupnya bagus, dan tidak memiliki masalah kesehatan yang berarti. Ia kemudian nekat mencoba untuk mengonsumsi junk food dari sebuah perusahaan makanan cepat saji yang cukup terkenal untuk membuktikan hipotesis bahwa junk food memberi ekses sangat negatif pada tubuh.

Sebelum melakukan percobaan, Morgan melakukan berbagai pemeriksaan klinis pada 3 dokter yang berbeda untuk mengetahui kondisi fisik dan psikisnya. Setelah itu, selama 30 hari berturut-turut ia hanya mengonsumsi junk food dari perusahaan tersebut, 3 kali sehari, dan setidaknya mencoba setiap menu yang ada minimal 1 kali. Selama periode tersebut, ia terus melakukan pemeriksaan medis. Walau demikian, aktivitas kesehariannya tetap ia lakukan seperti biasa.

Hasilnya ternyata sungguh di luar dugaan. Selama 30 hari, Morgan sering mengalami stress dan depresi, sesak nafas, pusing, sulit tidur, dan bahkan, pasangannya mengeluhkan adanya pengaruh buruk dalam kehidupan seksual dan vitalitas mereka. Selama 30 hari tersebut, Morgan mengalami kenaikan berat badan 24,5 pon, kadar kolesterol membengkak hingga 230, dan tingkat kegemukan sebesar 18%.

Lebih buruk lagi, untuk menghilangkan penambahan bobot sebesar 20 pon tersebut diperlukan waktu selama 5 bulan, dan 9 bulan lagi untuk menghilangkan sisanya. Pendek kata, kesalahan yang dilakukan hanya selama 1 bulan (baca: buying nothing but junk food) harus ditebus dengan pengorbanan selama beberapa bulan lamanya.

Cerita di atas adalah kisah nyata yang diambil dari Super Size Me, sebuah film dokumenter karya Morgan Spurlock. Selain mengisahkan tentang percobaan nekat yang dilakukan Morgan, ada beberapa hal menarik yang diungkap juga dalam film tersebut. Beberapa di antaranya:

* Amerika nggak cuma mempunyai gedung-gedung tinggi, mobil yang pajang, tetapi juga orang-orang “besar.” Sekitar 60% penduduk Amerika diyakini mengalami obesitas, dengan konsentrasi Detroit dan Houston (Texas).
* Gaya hidup dan makanan yang keliru tidak hanya dibayar dengan duit, tetapi juga harus ditebus dengan kondisi tubuh, kesehatan, dan risiko kematian.
* Dalam suatu percobaan, ditunjukkan beberapa gambar tokoh (termasuk George Washington dan Jesus Christ) kepada beberapa anak. Tidak banyak anak yang bisa menebak. Mereka semua baru bisa menebak dengan tepat ketika disodori gambar badut Ronald McDonald.
* Industri junk food telah berkembang dengan sangat pesat. Sebuah perusahaan fast food ternama, dalam 1 hari bisa melayani 46 juta orang; melebihi jumlah penduduk Spanyol.
* Lebih parah lagi, junk food juga digalakkan melalui school lunch program.



Apa itu Etika Bisnis?

Definisi etika bisnis menurut Business & Society - Ethics and Stakeholder Management (Caroll & Buchholtz):

Ethics is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral principles or values. Morality is a doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers to that which relates to principles of right and wrong in behavior. Business ethics, therefore, is concerned with good and bad or right and wrong behavior that takes place within a business context. Concepts of right and wrong are increasingly being interpreted today to include the more difficult and subtle questions of fairness, justice, and equity.

Dari sumber yang lain, disebutkan:

Ethics is a philosophical term derived from the Greek word “ethos,” meaning character or custom. This definition is germane to effective leadership in organizations in that it connotes an organization code conveying moral integrity and consistent values in service to the public.
(R. Sims, Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall, C.T.:Greenwood Press, 2003)

Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu:

* Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and obligation, can also be regarded as a set of moral principles or values.
* Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right” as opposed to “bad” or “wrong” in a particular setting.
* Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to principles of right and wrong in behavior.

Etika bisnis sendiri terbagi dalam:

* Normative ethics: Concerned with supplying and justifying a coherent moral system of thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, develop, and justify basic moral principles that are intended to guide behavior, actions, and decisions.
R. DeGeorge, Business Ethics, 5th ed. (Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 2002)
* Descriptive ethics: Is concerned with describing, characterizing, and studying the morality of a people, a culture, or a society. It also compares and contrasts different moral codes, systems, practices, beliefs, and values.
R. A. Buchholtz and S. B. Rosenthal, Business Ethics (Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall, 1998).

Perlunya Berbisnis dengan Etika

Sebenarnya, keberadaan etika bisnis tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan “remeh” seperti, “Saya belanja Rp 50.000 tapi cuma ditagih Rp 45.000. Perlu nggak saya lapor?”, atau, “Bisakah saya melakukan tindakan tidak etis/melanggar hukum untuk meningkatkan kinerja divisi saya?”, atau, “Should I accept this gift or bribe that is being given to me to close a big deal for the company?“, atau, “Is this standard we physicians have adopted violating the Hippo-cratic oath and the value it places on human life?“, dan pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya.

Sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.

Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali daripada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa.

Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di tahun 1997, menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan tahunan/revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa.
Kita Sebagai Pebisnis

Kasus yang paling gampang adalah Enron — yang begitu sering didiskusikan di ruang kuliah. Sebenarnya, Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi.

Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread“.

Sebagai sebuah entitas bisnis, Enron pada awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada di pasar dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya, Enron meninggalkan prestasi dan reputasi baik tersebut. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian tersungkur kolaps pada tahun 2001. Tepat satu tahun setelah California energy crisis.

Seleksi alam akhirnya berlaku. Perusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk akan mendapat punishment. Termasuk juga pihak-pihak yang mendukung tercapainya hal tersebut — dalam hal ini Arthur Andersen.

Masyarakat akhirnya juga lebih aware terhadap pasar modal. Pemerintah pun juga makin hati-hati dalam melakukan pengawasan. Penyempurnaan terhadap sistem terus dilakukan. Salah satunya adalah lahirnya Sarbanes-Oxley Act. Akibat mendzolimi pelaku pasar lainnya, Enron akhirnya terkapar karena melakukan penipuan dan penyesatan. Pun bagi “Enron-wannabe” lainnya, perlu berpikir ulang dua-tiga kali untuk melakukan hal serupa.

Memang benar. Kita tidak bisa berasumsi bahwa pasar atau dunia bisnis dipenuhi oleh orang-orang jujur, berhati mulia, dan bebas dari akal bulus serta kecurangan/manipulasi. Tetapi sungguh, tidak ada gunanya berbisnis dengan mengabaikan etika dan aspek spiritual. Biarlah pemerintah melakukan pengawasan, biarlah masyarakat memberikan penilaian, dan sistem pasar (dan sistem Tuhan tentunya) akan bekerja dengan sendirinya.
Kita Sebagai Konsumen

Ini yang lebih penting.

Memang benar, tidak ada yang bisa menjadi produsen (atau konsumen) selamanya. Ada kalanya kita berada dalam posisi sebagai penjual dan ada kalanya kita sebagai pembeli. Saya sendiri, lebih sering berada dalam posisi sebagai konsumen — alih-alih sebagai seorang produsen.

Kembali ke kasus Morgan di atas, persaingan bisnis yang kian sengit memang mengakibatkan terdistorsinya batas-batas antara right-wrong atau good-bad. Lumrah sekali kita jumpai praktik bisnis yang menembus area abu-abu. Tidak jarang pula kampanye pemasaran begitu gencar digalakkan sehingga membuat kita bahkan tidak bisa mengenali diri kita sendiri. Kita “dipaksa” membeli barang yang kita tidak perlu. Kita “senang” mengonsumsi produk yang sebenarnya justru merusak diri kita. Kita “bahagia” memakai produk luar negeri sementara industri dalam negeri mulai kehabisan nafas.

Kompas beberapa waktu lalu pernah mengulas tentang gencarnya cengkeraman kapitalisme membelenggu negara-negara yang baru berkembang seperti Indonesia. Korbannya adalah masyarakat strata menengah dan masyarakat strata “agak bawah” yang “memaksakan diri” untuk masuk ke level yang lebih tinggi. Secara fundamental ekonomi, pengaruhnya jelas tidak baik karena ekonomi yang didasarkan pada tingkat konsumsi yang besar (apalagi dibiayai oleh utang) benar-benar rawan. Secara sosial, jelas fenomena ini akan menimbulkan pergeseran dan rentan terhadap benturan yang dampak turunannya sebenarnya cukup mengerikan.

Maka tak perlu heran jika di jaman sekarang seorang anak kecil akan lebih faham kosakata “starbucks”, “breadtalk”, “orchard road”, “gucci”, daripada kosakata lain seperti “gudeg”, “bunaken”, “senggigi”, “ketoprak”, dan sebagainya. Kita secara tidak sadar mengkiblatkan diri pada produk/jasa yang sebenarnya tidak terlalu bagus — melainkan karena praktik pemasaran dan operasional bisnis yang seringkali melanggar batas-batas etika.

Sebenarnya tidak ada yang “salah” dengan kapitalisme. Kapitalisme, yang didasarkan pada perdagangan, disebut Adam Smith sejak lama sebagai kunci kemakmuran. Ide ini sudah dibuktikan secara empiris oleh para akademisi. Dengan adanya perdagangan, maka spesialisasi, penghargaan, kebersamaan, perdamaian, serta kemakmuran bisa tercapai. Yang salah adalah ketika kapitalisme dijalankan dengan melanggar etika sehingga menodai nilai-nilai murni perdagangan itu sendiri.

Belajar dari pengalaman Morgan, sebagai konsumen kita memang harus mulai belajar untuk aware terhadap praktik-praktik bisnis yang melanggar batas-batas etika. Karena pada akhirnya konsumen selalu berada dalam posisi yang dirugikan. Sementara produsen memiliki kesempatan berkelit yang lebih banyak. The winner takes all.

Padahal, sebenarnya kita nggak perlu malu mengonsumsi tahu, tempe, atau daun singkong, sementara teman-teman kita makan di restoran fast food. Biarlah kita mengenakan produk dalam negeri sementara orang lain pakai Versace, Bvlgari, atau Luis Vuitton. Tidak ada yang akan menghukum kita hanya karena ponsel kita lebih lawas daripada milik rekan kita. Kita tidak perlu ganti mobil hanya karena tetangga kita barusan beli mobil baru. Kita juga tidak harus membeli rumah yang lebih besar sementara kita sendiri sebenarnya sudah cukup nyaman dengan rumah yang ada.

Read More......

Selasa, 20 Januari 2009

welcome di sketsa lisan

ini adalah contoh postingan bahwa, bisa readmore. bukan hanya itu. dibawah ini ada postingan tentang aksi riil menentang serangan Israel dan FREE PALESTINE



free palestine

Read More......